Berbeda dengan kerajaan Mataram kuno yang bercorak hindu budha, Kerajaan Mataram ini merupakan salah satu kerajaan Islam di Indonesia. Bagaimana sejarahnya?
Selain itu, Sutawijaya berkeinginan untuk mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Akibatnya, pada masa pemerintahannya, Sutawijaya lebih sering berada di medan perang daripada di istana.
Berkali-kali ia harus bertempur untuk menundukkan bupati Kediri, Madiun, Kedu, Bagelen, Pasuruan, dan Surabaya yang tidak mau tunduk pada kekuasaannya.
Kemudian, kawasan Blambangan dan Panarukan yang saat itu belum Islam berhasil didudukinya dan diislamkan. Sebagai raja, Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati. Beliau wafat pada tahun 1601.
Setelah wafatnya Panembahan Senopati, tahta jatuh kepada putranya yang bernama Mas Jolang. Berturut-turut, Mas Jolang harus menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh Demak, Ponorogo, Surabaya, dan Gresik.
Tahun 1613, dalam sebuah perjalanan pulang dari Surabaya setelah menumpas pemberontakan, Mas Jolang meninggal dunia di Desa Krapyak.
Oleh karena itu, beliau dijuluki Panembahan Seda Krapyak. Kemudian, tahta beralih pada putra Mas Jolang yang bernama Raden Mas Rangsang.
Di bawah pemerintahan Raden Mas Rangsang, cita-cita leluhurnya untuk mempersatukan seluruh wilayah Jawa di bawah Mataram dapat terlaksana. Masa kejayaan Mataram pun tercapai di bawah pemerintahannya.
Sebagai raja besar yang sangat disegani, Raden Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusuma Senopati ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah Pranotogomo.
Sultan Agung wafat tahun 1645. Setelah itu, Mataram diperintah oleh raja-raja yang lemah. Hingga akhirnya pada tahun 1755, Mataram dipecah menjadi empat kerajaan, yakni Jogjakarta, Surakarta, Paku Alaman, dan Mangkunegaran. Maka, berakhirlah riwayat Kerajaan Mataram.
Sejarah kerajaan Mataram Islam
Naiknya Sutawijaya yang bukan golongan bangsawan sebagai raja mendapat tentangan dari sebagian besar kalangan bangsawan, terutama para bupati.Selain itu, Sutawijaya berkeinginan untuk mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Akibatnya, pada masa pemerintahannya, Sutawijaya lebih sering berada di medan perang daripada di istana.
Berkali-kali ia harus bertempur untuk menundukkan bupati Kediri, Madiun, Kedu, Bagelen, Pasuruan, dan Surabaya yang tidak mau tunduk pada kekuasaannya.
Kemudian, kawasan Blambangan dan Panarukan yang saat itu belum Islam berhasil didudukinya dan diislamkan. Sebagai raja, Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati. Beliau wafat pada tahun 1601.
Setelah wafatnya Panembahan Senopati, tahta jatuh kepada putranya yang bernama Mas Jolang. Berturut-turut, Mas Jolang harus menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh Demak, Ponorogo, Surabaya, dan Gresik.
Gambar: Peninggalan kerajaan mataram Islam |
Tahun 1613, dalam sebuah perjalanan pulang dari Surabaya setelah menumpas pemberontakan, Mas Jolang meninggal dunia di Desa Krapyak.
Oleh karena itu, beliau dijuluki Panembahan Seda Krapyak. Kemudian, tahta beralih pada putra Mas Jolang yang bernama Raden Mas Rangsang.
Di bawah pemerintahan Raden Mas Rangsang, cita-cita leluhurnya untuk mempersatukan seluruh wilayah Jawa di bawah Mataram dapat terlaksana. Masa kejayaan Mataram pun tercapai di bawah pemerintahannya.
Sebagai raja besar yang sangat disegani, Raden Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusuma Senopati ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah Pranotogomo.
Sultan Agung wafat tahun 1645. Setelah itu, Mataram diperintah oleh raja-raja yang lemah. Hingga akhirnya pada tahun 1755, Mataram dipecah menjadi empat kerajaan, yakni Jogjakarta, Surakarta, Paku Alaman, dan Mangkunegaran. Maka, berakhirlah riwayat Kerajaan Mataram.