Sejarah Kerajaan Ternate Dan Tidore Lengkap

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan salah satu kerajaan Islam Indonesia yang cukup memberikan pengaruh pada tumbuh dan berkembangnya ajaran Islam di Indonesia.

Pembahasan kali ini adalah tentang sejarah kerajaan ternate dan tidore, peninggalan kerajaan ternate dan tidore, sumber sejarah kerajaan ternate dan tidore, dan silsilah kerajaan ternate dan tidore.

Sejarah kerajaan ternate dan tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore telah ada sejak masuknya pengaruh Islam. Namun peran kedua kerajaan tersebut mulai menguat sejak keduanya menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan.

Semula, kedua kerajaan tersebut saling bersaing dalam kegiatan perdagangan di kawasan Maluku. Ternate dengan empat kerajaan lain membentuk persekutuan bernama Uli Lima (lima saudara) yang dipimpin Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram.

Sedangkan Tidore dengan delapan kerajaan lain membentuk persekutuan bernama Uli Siwa (sembilan saudara) yang dipimpin Tidore dengan anggota Makean, Halmahera, Kai, Mare, Moti, dan pulau-pulau kecil yang lain hingga ke Papua bagian barat.

Raja Ternate pertama yang memeluk Islam adalah Zainal Abidin. Setelah wafat, Zainal Abidin digantikan oleh Sultan Tabariji. Pada masa pemerintahan Sultan Tabariji, para pedagang Eropa mulai memasuki kawasan Laut Maluku.

Ternate mengizinkan Portugis untuk mendirikan benteng di kerajaannya. Sementara, Tidore memperbolehkan Spanyol untuk membangun benteng di wilayahnya.

Kedatangan kedua bangsa Eropa tersebut makin memperuncing perseteruan antara Ternate dengan Tidore. Akibatnya, pecah perang antara Ternate yang didukung Portugis dengan Tidore yang didukung Spanyol.
Sejarah Kerajaan Ternate Dan Tidore Lengkap
Gambar: Peninggalan Kerajaan Ternate dan Tidore

Perang tersebut dimenangkan oleh Ternate. Sebagai hadiah atas bantuan yang diberikan Portugis, Ternate memperbolehkan portugis untuk mengontrol semua kegiatan perdagangan di kawasan Ternate.

Akibatnya, rakyat mengalami kesusahan dan penderitaan. Atas kesewenang-wenangan Portugis dalam monopoli rempah-rempah membuat Sultan Khairun, pengganti Sultan Tabariji marah. Kemudian memimpin rakyatnya untuk menyerang benteng Portugis hingga benteng tersebut dapat dikuasainya.

Akan tetapi, Portugis berhasil membujuk Sultan Khairun untuk berdamai. Ikrar damai diucapkan oleh Sultan Khairun di bawah kitab suci Alquran dan perwakilan Portugis di bawah kitab suci Injil.

Ternyata seiring berjalannya waktu Portugis ingkar janji. Sultan Khairun dibunuh, sehingga Portugis leluasa untuk kembali melakukan monopoli di kawasan Maluku.

Sultan Khairun yang wafat digantikan oleh putranya, Sultan Baabullah. Sultan Baabullah yang marah atas kematian ayahnya, memimpin rakyatnya untuk menggempur benteng Portugis.

Portugis pun terdesak. Tawaran damai dan gencatan senjata dari Portugis tidak pernah digubris oleh Baabullah. Ia sudah tidak percaya lagi pada bangsa Eropa mana pun.

Akhirnya tahun 1575, Sultan Baabullah dan rakyat Ternate berhasil mengusir Portugis untuk selamanya. Kemerdekaan tersebut tidak berlangsung lama. Beberapa waktu kemudian, VOC datang dan menduduki Ambon. Sejak itu, perlahan-lahan kawasan Maluku dikuasai oleh VOC.