Materi ini akan membahas tentang: Corak kehidupan manusia purba.
Masa Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Gambar: Corak kehidupan manusia purba |
Pada masa ini kehidupan manusia purba masih sangat sederhana. Mereka mengumpulkan makanan dan meramunya serta berburu dengan menggunakan peralatan bantu yang sangat sederhana. Binatang buruan yang dicari, antara lain: gajah, banteng, badak, rusa, dan kerbau liar.
itu, mereka juga berburu ikan dan kerang di laut. Untuk melindungi dirinya dari hujan, panas, dan gangguan hewan buas, manusia purba memanfaatkan ceruk yang ada di batu karang. Letak ceruk tempat tinggal mereka biasanya tidak jauh dari sumber air karena sumber air biasa digunakan juga oleh binatang buruan untuk minum.
Pada saat binatang minum, manusia purba memburunya dan selanjutnya digunakan untuk makan sehari-hari. Pada saat itu, manusia purba belum mengenal cara bercocok tanam, apalagi beternak. Mereka sangat tergantung pada alam yang tersedia. Segala yang terdapat di alam sekitar mereka ambil dan manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Cara seperti itu disebut dengan istilah food gathering (masa mengumpulkan makanan). Apabila sumber makanan di sekitarnya sudah habis, mereka kemudian berpindah mencari tempat yang baru yang masih banyak sumber makanannya. Sistem berpindah tempat seperti itu disebut hidup dengan cara nomaden. Selain karena faktor persediaan makanan, kepindahan manusia purba juga disebabkan oleh faktor lain, yaitu jumlah penduduk yang makin banyak dan musim kering yang panjang yang menyebabkan hewan buruan berpindah.
Pada saat berburu, mereka sudah menggunakan peralatan, sekalipun masih sangat sederhana, misalnya kapak perimbas (chopper), yaitu sejenis kapak yang digenggam dan tidak bertangkai. Jenis kapak ini diperkirakan dibuat dan digunakan oleh jenis Pithecantropus erectus.
Peninggalan-peninggalan perkakas (artefak) pada masa itu ditemukan oleh Van Koenigswald di sekitar Pacitan dan Ngondong pada 1935. Selain itu, di Ngondong juga ditemukan alat-alat dari tulang. Alat-alat ini terbuat dari tanduk rusa yang digunakan sebagai serpih. Alat serpih digunakan untuk penusuk (melubangi) dan sebagai pisau serta digunakan untuk menangkap ikan.
Kehidupan pada Masa Prasejarah di Indonesia
Kehidupan manusia purba pada masa ini kebanyakan dengan cara berkelompok dan tinggal di gua-gua yang dekat dengan sungai atau sekitar pantai. Gua yang banyak digunakan adalah gua yang bagian atasnya terlindung oleh karang atau disebut juga abris sous roche.
Peninggalan artefak kehidupan dalam gua ini ditemukan oleh Van Stein Callenfels di gua Lawa dekat Sampung (Ponorogo dan Madiun) pada 1928 dan 1931. Sedangkan, artefak yang ditemukan berupa ujung panah, batu-batu kecil yang indah (flakes), batu-batu penggilingan, kapak batu, alat dari tulang, dan tanduk rusa.
Selain itu, terdapat juga peninggalan-peninggalan seni lukis yang terdapat di dalam gua Leang-Leang di Provinsi Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan perjuangan hidup manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Pada lukisan tersebut tertera tangan manusia dan binatang dengan cat merah. Sedangkan, kehidupan manusia purba yang tinggal di pantai atau tepi sungai di pedalaman, jenis makanan mereka berbeda antara yang hidup di pantai dengan mereka yang hidup di pedalaman.
Akibatnya, artefak yang mereka gunakan dengan sendirinya berbeda. Mereka yang tinggal di pantai meninggalkan sampah-sampah dapur atau kjokkenmoddinger. Fosil ini terbentuk dari sisa-sisa makanan kulit kerang dan tulang ikan yang menggunung di tepi pantai dan tersebar hampir di sepanjang pantai Sumatra Timur.