Masa Bercocok Tanam Manusia Purba Dan Alat Bercocok Tanam Manusia Purba


Pembahasan kali ini adalah tentang: Masa bercocok tanam, manusia purba bercocok tanam, dan alat-alat bercocok tanam pada zaman purba.

Manusia dengan kelebihan yang dimiliki akan berupaya untuk mengolah alam ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk yang terjadi pada jenis manusia purba yang menginginkan hidupnya tetap tanpa nomaden.

Hidup dengan cara nomaden (berpindah-pindah) bukanlah hal yang mudah karena selalu membutuhkan penyesuaian terhadap lingkungan yang baru. Akibatnya, segala sesuatunya harus dimulai dari awal. Sekalipun kehidupan manusia purba masih primitif, tapi dengan akalnya mereka berpikir untuk masa depan kehidupannya. 

Sehingga terjadilah perubahan dari tradisi food gathering (mengumpulkan makanan) menjadi food producing (menghasilkan makanan). Mereka sudah tidak tergantung lagi pada alam. Mereka sudah berusaha untuk menghasilkan makanan sendiri dengan bercocok tanam dan beternak.

Adapun jenis makanan yang diusahakan, antara lain:
Jagung, padi, keladi, sukun, pisang, dan ketela. Itulah manusia dengan kesempurnaan akal dan budinya, mereka terus meningkatkan kehidupannya, karena mereka bukan jenis binatang dan bukan berasal dari binatang.

Masa Bercocok Tanam Manusia Purba Dan Alat Bercocok Tanam Manusia Purba
Gambar: Ilustrasi: Manusia purba bercocok tanam
Coba kamu bandingkan manusia dengan orang utan. Kehidupan orang utan hampir sama dengan manusia. Misalnya, seekor orang utan betina apabila sudah mulai dewasa ia akan mengalami menstruasi (haid). Akan tetapi, karena orang utan merupakan binatang, maka tidak terdapat perubahan dalam hidupnya. Pada saat itu pula, manusia sudah bertempat tinggal tetap.

Artinya, mereka telah mengenal cara membuat rumah dan beternak hewan peliharaan. Perkakas yang mereka gunakan umumnya sudah mulai diasah hingga halus.

Alat batu yang digunakan, yaitu kapak persegi (balung persegi), kapak lonjong, alat-alat obsidian (batu kecubung), dan mata panah. 

Peninggalan kapak persegi banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, dan Bali. Sedangkan, kapak lonjong ditemukan di Papua dan sekitarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka juga sudah mengadakan pertukaran barang kebutuhan, yaitu barang ditukar dengan barang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Cara ini disebut dengan istilah barter.

Sedangkan, alat tukar yang biasa digunakan, yaitu: garam, ikan laut kering, atau hasil kerajinan, seperti: gerabah, beliung, dan berbagai perhiasan dari batu. Pada saat itu sudah digunakan pula perahu cadik dan rakit sebagai sarana lalu lintas mereka.

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa manusia pada saat itu telah berhubungan atau menjalin komunikasi antara satu kelompok dengan kelompok lain. Menurut para ahli sejarah, dalam proses komunikasi tersebut mereka telah menggunakan bahasa Melayu Austronesia.

Masa Bercocok Tanam Manusia dengan kelebihan yang dimiliki akan berupaya untuk mengolah alam ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk yang terjadi pada jenis manusia purba yang menginginkan hidupnya tetap tanpa nomaden.

Hidup dengan cara nomaden (berpindah-pindah) bukanlah hal yang mudah karena selalu membutuhkan penyesuaian terhadap lingkungan yang baru. Akibatnya, segala sesuatunya harus dimulai dari awal. Sekalipun kehidupan manusia purba masih primitif, tapi dengan akalnya mereka berpikir untuk masa depan kehidupannya.