Setelah masuknya Ajaran Agama Islam ke Indonesia dari sumber asalnya di Jazirah Arab, Islam dan Ajarannya tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat dengan berbagai cara, salah satunya melalui politik.
Ajaran Islam telah mempengarui sistem pemerintahan yang ada di tanah air kala itu dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam. Apa sajakan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?
Pembahasan kali ini akan mengupas tentang sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta peninggalan kerajaan Islam di Indonesia.
Perkembangan Islam yang meluas di seluruh kawasan Indonesia berimbas pada corak pemerintahan. Perlahan, satu per satu kerajaan Islam berdiri dan menggantikan kerajaan-kerajaan Buddha dan Hindu.
Sejalan dengan penyebaran agama Islam yang mengikuti alur perdagangan di sepanjang pesisir pantai, maka kerajaan-kerajaan Islam pun berawal dari kotakota pelabuhan di Indonesia.
1. Kerajaan Samudera Pasai
Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai dapat terlacak berdasarkan beberapa sumber sejarah dan bukti-bukti. Seorang pengembara asal Arab yang bernama Ibnu Batutah menceritakan bahwa kerajaan ini diperintah oleh seorang sultan bernama Malik at- Thahir.
Kemudian, ditemukan batu nisan seorang Sultan bernama Malik as-Saleh bertahun 1297 M. Sultan Malik as-Saleh merupakan raja pertama di Samudera Pasai. Kemudian, digantikan oleh putranya, yakni Malik at-Thahir seperti yang diceritakan oleh Ibnu Batutah.
Sultan Malik at-Thahir kemudian digantikan oleh putranya, Sultan Malik az-Zhahir. Pada masa pemerintahan Sultan Malik az-Zhahir ini terjadi huru-hara besar. Adiknya yang bernama Malik al-Mansur mencoba merebut tahta.
Setelah peristiwa itu, Samudera Pasai mengalami kemunduran besar. Tahun 1521– 1524, kerajaan ini sempat dikuasai oleh Portugis. Akhirnya pada 1524, kerajaan ini direbut dan diduduki oleh Sultan Ali Mughayat Syah dari Aceh. Maka, berakhirlah riwayat Kerajaan Samudera Pasai.
Gambar: Lambang kerajaan samudra pasai |
2. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan oleh Muzaffar Syah pada awal abad ke-15. Pada awal berdirinya, Kerajaan Aceh Darussalam hanya merupakan sebuah kerajaan kecil.
Namun setelah Muzaffar Syah wafat dan digantikan oleh putranya Ali Mughayat Syah, kerajaan ini berkembang pesat. Ali Mughayat Syah berhasil mempersatukan seluruh wilayah Aceh, sehingga kerajaan berkembang lebih cepat.
3. Kerajaan Gowa–Tallo
Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang berdiri di daerah Sulawesi Selatan. Tahun 1605, raja Gowa yang bernama Daeng Manrabia dan raja Tallo yang bernama Karaeng Matoaya memeluk agama Islam.
Kemudian keduanya menyatukan wilayah kedua kerajaan mereka dengan Daeng Manrabia sebagai rajanya. Sementara, Karaeng Matoaya menjabat sebagai perdana menteri. Daeng Manrabia mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin dan Karaeng Matoaya mengganti namanya menjadi Sultan Abdullah.
4. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore telah ada sejak masuknya pengaruh Islam. Namun peran kedua kerajaan tersebut mulai menguat sejak keduanya menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Semula, kedua kerajaan tersebut saling bersaing dalam kegiatan perdagangan di kawasan Maluku.
5. Kerajaan Demak
Sekitar tahun 1500, kekuasaan Majapahit sudah sangat lemah sekali. Kemudian dengan dukungan Walisanga, Raden Patah mengambil alih tahta Majapahit dan memindahkan ibu kota kerajaan ke Demak.
Sejak saat itu, maka kerajaan Demak resmi berdiri dan Raden Patah dinobatkan menjadi Raja yang pertama dengan gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Pemerintahan Kerajaan Demak sangat didukung oleh Walisanga yang sebelumnya sangat mendambakan kepemimpinan Islam di tanah Jawa.
6. Kerajaan Pajang
Seperti telah diceritakan sebelumnya, Kerajaan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir dengan mengalahkan Arya Penangsang. Sebagai raja, Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya.
Masa pemerintahan Hadiwijaya dihabiskan untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang kerap dilakukan oleh beberapa bupati yang sebelumnya merupakan pendukung Arya Penangsang.
Sepeninggal Hadiwijaya, kerajaan ini mengalami huru-hara besar akibat adanya perebutan kekuasaan antara Pangeran Benawa putra Sultan Hadiwijaya dengan Arya Pangiri putra Pangeran Prawoto yang merasa lebih berhak untuk menduduki tahta.
Namun huru-hara besar tersebut akhirnya dapat dikendalikan oleh Sutawijaya yang sebelumnya telah menjadi pendukung keluarga Jaka Tingkir. Arya Pangiri pun dapat dikalahkan dan menghantarkan Pangeran Benawa menjadi raja.
Namun, karena Pangeran Benawa merasa dirinya tidak pantas menduduki tahta raja, ia menyerahkan tahta pada Sutawijaya. Sutawijaya pun naik tahta dan ibu kota kerajaan dipindahkan ke Mataram.
Peristiwa ini menandai berakhirnya pemerintahan Kerajaan Pajang dan dimulainya Kerajaan Mataram yang bercorak Islam.
7. Kerajaan Mataram
Naiknya Sutawijaya yang bukan golongan bangsawan sebagai raja mendapat tentangan dari sebagian besar kalangan bangsawan, terutama para bupati. Selain itu, Sutawijaya berkeinginan untuk mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram.
8. Kerajaan Cirebon dan Banten
Pada awal masa perkembangan Islam di Pulau Jawa, Cirebon dan Banten merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa.
Kehadiran Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati di Cirebon perlahan mengubah agama dan kebudayaan masyarakat yang tinggal di sana.
Hingga akhirnya, pada masa Kerajaan Demak, Sunan Gunung Jati memisahkan Cirebon dari Kerajaan Pajajaran dan menyatakan Cirebon sebagai wilayah bagian dari kekuasaan Demak.