Gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus sering terjadi di Indonesia. Fenomena alam ini mengingatkan kita pada proses terbentuknya Kepulauan Indonesia. Pada masa jutaan tahun yang lalu, wilayah negara Indonesia merupakan benua yang menyatu.
Menurut penelitian, Atlantik pada masa lalu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur Indonesia (yang sekarang) menjadi pusatnya.
Di wilayah itu terdapat puluhan gunung api aktif dan dikelilingi oleh samudra. Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung api secara bersamaan yang sebagian terletak di wilayah Indonesia (dahulu), tenggelamlah sebagian Benua Atlantik dan diliputi oleh air berasal dari es yang mencair.
Jadi, tidak mengherankan jika Indonesia dianggap sebagai ahli waris Atlantik. Anggapan ini membuat kita harus waspada sekaligus bersyukur.
Waspada karena wilayah yang kita tempati merupakan wilayah yang rawan bencana gempa dan tsunami. Bersyukur karena keberadaan gunung-gunung api di Indonesia membuat tanahnya subur.
Fakta di atas setidaknya membuktikan keterkaitan manusia dengan bumi. Kehidupan manusia sangat dipengaruhi unsur-unsur geografis bumi. Setiap gejala yang terjadi di muka bumi, berdampak terhadap kehidupan manusia.
Oleh karena itu, penting bagi kita mempelajari dan mengenali Bumi, termasuk keberadaan benua dan samudra. Perubahan yang terjadi di muka Bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup umat manusia.
Oleh karena itu, kita berusaha melestarikan dan menjaga keseimbangan alam sehingga kehidupan
manusia terus berlangsung secara aman.
Jika membaca materi di depan, mungkin kamu akan menemukan adanya hubungan manusia dengan Bumi. Dimulai ketika karakteristik alam terbentuk kemudian akan mempengaruhi pola kehidupan manusia.
Artinya, jika terjadi kerusakan alam maupun bencana pasti akan berakibat buruk pada manusia itu sendiri. Nah, kini saatnya mengenali hubungan manusia dengan alam.
Tujuannya agar tercipta keharmonisan dalam hubungan manusia dengan Bumi. Banyak yang bisa kamu lakukan untuk memulainya.
Bisa dengan mengenali pola muka Bumi, menemukan keterkaitan unsurunsur geografis, dan menganalisis setiap perubahan yang terjadi di dalamnya.
Kenampakan fisik muka Bumi dapat dikenali dengan mudah. Gunung, bukit, lembah, plato, dataran rendah adalah bentuk-bentuk muka Bumi yang mudah dikenali melalui kenampakan reliefnya di peta.
Antargaris kontur yang memiliki ketinggian sama disebut interval kontur (Contour Interval = Ci). Interval kontur biasanya dicantumkan pada legenda atau keterangan peta.
Coba perhatikan gambar di samping. Peta itu memiliki interval kontur 100 meter. Setiap garis kontur mewakili ketinggian yang sama yang ditunjukkan oleh indeks kontur.
Misalnya, letak hotel berada pada ketinggian 300 meter, yang ditunjukkan oleh indeks kontur 300 pada peta. Tempat terendah pada peta mempunyai ketinggian 200 meter dan tempat tertinggi ketinggiannya 1.500 meter.
Nilai Ci di setiap peta tidak sama. Penetapan nilai Ci pada peta berdasarkan skala peta. Rumus yang digunakan untuk penetapan Ci sebagai berikut.
Ci = 1/2.000 × penyebut skala
Rumus di atas tidak berlaku untuk peta-peta yang telah diperbesar. Misalnya, peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung, aslinya berskala 1 : 50.000 dengan interval kontur 25 m kemudian diperbesar menjadi skala 1 : 25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter. Oleh karena itu, kamu harus teliti jika menentukan interval kontur pada peta yang telah diperbesar.
Selain dengan garis kontur, cara lain untuk menunjukkan adanya perubahan elevasi atau ketinggian adalah dengan memberi warna pada peta.
Biasanya biru digunakan untuk menunjukkan perairan, hijau untuk dataran rendah, kuning untuk perbukitan rendah, dan cokelat untuk pegunungan. Kamu bisa mengetahui bentuk relief suatu wilayah melalui gradasi warna pada peta.
Selain ketinggian, garis-garis kontur menunjukkan ciri-ciri kenampakan relief seperti bentuk dan kemiringan lereng. Garis-garis kontur renggang menunjukkan tingkat kemiringan lereng yang landai.
Sementara itu, garisgaris kontur rapat menunjukkan tingkat kemiringan lereng yang curam atau terjal. Semakin rapat jarak antargaris kontur berarti kemiringan lereng semakin curam dan sebaliknya.
Pola kerapatan garis-garis kontur dapat digunakan untuk mengetahui bentuk lereng. Bentuk lereng dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lereng cekung (concave) dan cembung (convex).
Lereng cekung dicirikan dengan garis kontur berjarak rapat di bagian atas lereng dan renggang di bagian bawah lereng.
Sebaliknya, lereng cembung dicirikan dengan garis-garis kontur berjarak renggang di bagian atas lereng dan rapat di bagian bawah lereng.
Pola konturnya membentuk oval atau lingkaran dengan kontur tertinggi kurang dari 600 m.
Lembah merupakan cekungan di antara dataran tinggi. Biasanya pada lembah terdapat sungai di bagian tengahnya. Lembah juga dicirikan oleh garis-garis kontur berbentuk huruf V.
Akan tetapi, berbeda dengan spur, garis-garis kontur lembah memiliki pucuk mengarah ke tempat lebih tinggi.
Jadi, arah pucuknya berkebalikan dengan spur. Agar lebih jelas, perhatikan kontur dan penampang melintang spur dan lembah serta bentuk aslinya.
Melalui pola garis kontur, bentuk muka Bumi dapat diidentifikasi. Kerapatan garis kontur, arah ketinggian, nilai kontur, dan pola garis kontur dapat dijadikan pedoman dalam identifikasi.
Adanya garis kontur dengan nilai indeks kontur makin ke barat daya makin tinggi, menandakan bahwa relief tersebut naik. Namun, setelah itu tidak ada kontur sama sekali.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa relief di daerah tersebut berupa plato. Relief muka Bumi dapat diketahui berdasarkan garis-garis kontur pada peta topografi.
Melalui bentuk dan pola garis kontur serta dengan memperhatikan perbedaan ketinggian daerah sekitar, dapat dibedakan apakah suatu relief bergunung, berbukit, bergelombang, atau berombak.
Sering relief muka Bumi tampak kompleks, tidak hanya terdapat satu bentuk relief seperti gunung atau bukit.
Namun, ada beragam relief. Untuk mengenali bentuk relief muka Bumi yang kompleks, kamu harus jeli membaca indeks kontur dan menginterpretasi garis-garis kontur.
Menurut penelitian, Atlantik pada masa lalu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur Indonesia (yang sekarang) menjadi pusatnya.
Di wilayah itu terdapat puluhan gunung api aktif dan dikelilingi oleh samudra. Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung api secara bersamaan yang sebagian terletak di wilayah Indonesia (dahulu), tenggelamlah sebagian Benua Atlantik dan diliputi oleh air berasal dari es yang mencair.
Jadi, tidak mengherankan jika Indonesia dianggap sebagai ahli waris Atlantik. Anggapan ini membuat kita harus waspada sekaligus bersyukur.
Waspada karena wilayah yang kita tempati merupakan wilayah yang rawan bencana gempa dan tsunami. Bersyukur karena keberadaan gunung-gunung api di Indonesia membuat tanahnya subur.
Fakta di atas setidaknya membuktikan keterkaitan manusia dengan bumi. Kehidupan manusia sangat dipengaruhi unsur-unsur geografis bumi. Setiap gejala yang terjadi di muka bumi, berdampak terhadap kehidupan manusia.
Oleh karena itu, penting bagi kita mempelajari dan mengenali Bumi, termasuk keberadaan benua dan samudra. Perubahan yang terjadi di muka Bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup umat manusia.
Oleh karena itu, kita berusaha melestarikan dan menjaga keseimbangan alam sehingga kehidupan
manusia terus berlangsung secara aman.
Jika membaca materi di depan, mungkin kamu akan menemukan adanya hubungan manusia dengan Bumi. Dimulai ketika karakteristik alam terbentuk kemudian akan mempengaruhi pola kehidupan manusia.
Artinya, jika terjadi kerusakan alam maupun bencana pasti akan berakibat buruk pada manusia itu sendiri. Nah, kini saatnya mengenali hubungan manusia dengan alam.
Tujuannya agar tercipta keharmonisan dalam hubungan manusia dengan Bumi. Banyak yang bisa kamu lakukan untuk memulainya.
Bisa dengan mengenali pola muka Bumi, menemukan keterkaitan unsurunsur geografis, dan menganalisis setiap perubahan yang terjadi di dalamnya.
Mengenali Bentuk dan Pola Permukaan Bumi
Untuk mengenali bentuk dan pola muka bumi, kita bisa menggunakan bantuan peta. Peta mengandung banyak informasi geografis. Dari peta topografi misalnya, kamu dapat mengenali kenampakan fisik bentang lahan.Kenampakan fisik muka Bumi dapat dikenali dengan mudah. Gunung, bukit, lembah, plato, dataran rendah adalah bentuk-bentuk muka Bumi yang mudah dikenali melalui kenampakan reliefnya di peta.
Mengenali Relief (Permukaan) Bumi
Berdasarkan garis-garis kontur pada peta topografi, relief bentuk muka Bumi dapat diketahui. Garis kontur merupakan garis khayal pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki ketinggian sama di atas permukaan laut.Antargaris kontur yang memiliki ketinggian sama disebut interval kontur (Contour Interval = Ci). Interval kontur biasanya dicantumkan pada legenda atau keterangan peta.
Coba perhatikan gambar di samping. Peta itu memiliki interval kontur 100 meter. Setiap garis kontur mewakili ketinggian yang sama yang ditunjukkan oleh indeks kontur.
Misalnya, letak hotel berada pada ketinggian 300 meter, yang ditunjukkan oleh indeks kontur 300 pada peta. Tempat terendah pada peta mempunyai ketinggian 200 meter dan tempat tertinggi ketinggiannya 1.500 meter.
Nilai Ci di setiap peta tidak sama. Penetapan nilai Ci pada peta berdasarkan skala peta. Rumus yang digunakan untuk penetapan Ci sebagai berikut.
Ci = 1/2.000 × penyebut skala
Rumus di atas tidak berlaku untuk peta-peta yang telah diperbesar. Misalnya, peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung, aslinya berskala 1 : 50.000 dengan interval kontur 25 m kemudian diperbesar menjadi skala 1 : 25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter. Oleh karena itu, kamu harus teliti jika menentukan interval kontur pada peta yang telah diperbesar.
Selain dengan garis kontur, cara lain untuk menunjukkan adanya perubahan elevasi atau ketinggian adalah dengan memberi warna pada peta.
Biasanya biru digunakan untuk menunjukkan perairan, hijau untuk dataran rendah, kuning untuk perbukitan rendah, dan cokelat untuk pegunungan. Kamu bisa mengetahui bentuk relief suatu wilayah melalui gradasi warna pada peta.
Selain ketinggian, garis-garis kontur menunjukkan ciri-ciri kenampakan relief seperti bentuk dan kemiringan lereng. Garis-garis kontur renggang menunjukkan tingkat kemiringan lereng yang landai.
Sementara itu, garisgaris kontur rapat menunjukkan tingkat kemiringan lereng yang curam atau terjal. Semakin rapat jarak antargaris kontur berarti kemiringan lereng semakin curam dan sebaliknya.
Pola kerapatan garis-garis kontur dapat digunakan untuk mengetahui bentuk lereng. Bentuk lereng dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lereng cekung (concave) dan cembung (convex).
Lereng cekung dicirikan dengan garis kontur berjarak rapat di bagian atas lereng dan renggang di bagian bawah lereng.
Sebaliknya, lereng cembung dicirikan dengan garis-garis kontur berjarak renggang di bagian atas lereng dan rapat di bagian bawah lereng.
Bentuk permukaan bumi
Banyak bentuk muka Bumi pada peta dapat diidentifikasi melalui garis kontur. Bentuk muka Bumi itu antara lain bukit, gunung, punggung bukit (ridge), plato, spur, dan lembah.Bentuk-bentuk Permukaan Bumi |
a. Bukit
Bukit merupakan dataran tinggi yang ketinggiannya kurang dari 600 m di atas permukaan laut.Pola konturnya membentuk oval atau lingkaran dengan kontur tertinggi kurang dari 600 m.
b. Gunung
Gunung adalah dataran tinggi yang memiliki ketinggian 600 m di atas permukaan laut. Jarak antargaris kontur yang rapat menunjukkan lereng yang terjal.c. Spur dan Lembah
Spur merupakan bagian daratan yang menonjol keluar dari sisi bukit atau gunung ke arah tempat lebih rendah. Spur dicirikan oleh garis-garis kontur yang membentuk huruf V dengan pucuknya mengarah ke bawah.Lembah merupakan cekungan di antara dataran tinggi. Biasanya pada lembah terdapat sungai di bagian tengahnya. Lembah juga dicirikan oleh garis-garis kontur berbentuk huruf V.
Akan tetapi, berbeda dengan spur, garis-garis kontur lembah memiliki pucuk mengarah ke tempat lebih tinggi.
Jadi, arah pucuknya berkebalikan dengan spur. Agar lebih jelas, perhatikan kontur dan penampang melintang spur dan lembah serta bentuk aslinya.
d. Plato (Plateau)
Plato merupakan dataran tinggi hampir rata di bagian atasnya dan curam di bagian pinggirnya. Garis-garis kontur renggang di bagian atas, menunjukkan ciri dataran tinggi yang luas dan hampir rata. Garis-garis kontur rapat menunjukkan ciri bagian tepi yang berlereng terjal.e. Punggung Bukit (Ridge)
Punggung bukit merupakan dataran tinggi yang sempit, panjang, dan berlereng curam. Konturnya membentuk pola membulat panjang dan hampir sejajar satu dengan lainnya. Pada bagian atas yang sempit menunjukkan kemiringan lereng curam.Melalui pola garis kontur, bentuk muka Bumi dapat diidentifikasi. Kerapatan garis kontur, arah ketinggian, nilai kontur, dan pola garis kontur dapat dijadikan pedoman dalam identifikasi.
Adanya garis kontur dengan nilai indeks kontur makin ke barat daya makin tinggi, menandakan bahwa relief tersebut naik. Namun, setelah itu tidak ada kontur sama sekali.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa relief di daerah tersebut berupa plato. Relief muka Bumi dapat diketahui berdasarkan garis-garis kontur pada peta topografi.
Melalui bentuk dan pola garis kontur serta dengan memperhatikan perbedaan ketinggian daerah sekitar, dapat dibedakan apakah suatu relief bergunung, berbukit, bergelombang, atau berombak.
Sering relief muka Bumi tampak kompleks, tidak hanya terdapat satu bentuk relief seperti gunung atau bukit.
Namun, ada beragam relief. Untuk mengenali bentuk relief muka Bumi yang kompleks, kamu harus jeli membaca indeks kontur dan menginterpretasi garis-garis kontur.