Contoh Cara Menuliskan dan Menceritakan Kembali Isi Cerpen

Membaca cerpen adalah kegiatan yang menarik. Dalam sebuah cerpen, akan kamu temukan peristiwa-peristiwa yang menyenangkan, menghibur, dan bermanfaat. Kemenarikan membaca cerpen yang lain terletak pada perbedaan gaya menulis dan bercerita dari masing-masing pengarang.

Pada pembelajaran ini kamu akan berlatih untuk menuliskan kembali beberapa cerpen yang telah kamu baca dengan bahasa sendiri secara jelas dan mudah dipahami.

Langkah-Langkah Menulis Kembali Cerpen

Setelah membaca sebuah cerpen, kamu harus mampu menuliskan kembali ceritanya. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemahamanmu terhadap isi cerpen.

Langkah-langkah yang perlu kamu perhatikan adalah sebagai berikut.

a. Bacalah dengan saksama cerpen dari awal sampai selesai.

b. Pahamilah bagian-bagian cerita!

c. Pahamilah pula nama tokoh dan peristiwa-peristiwa penting!

d. Tulis garis besar ceritanya!

e. Tulislah garis besar ceritanya menjadi cerita utuh dan tidak mengubah isi cerpen asli dengan bahasamu sendiri!
Contoh Cara Menuliskan dan Menceritakan Kembali Isi Cerpen
Menulis Cerpen

Berlatih Menuliskan Kembali Isi Cerpen

Sebagai sarana berlatih, bacalah cerpen berikut, kemudian kerjakan latihan yang menyertainya!

100 Keping Uang Emas
0leh: ArswendoAtmowiloto

Grunen, profesor dan ahli gravitasi, khusus datang ke Mataram. Pakar ilmu daya tarik bumi ini mendengar kabar bahwa selama ini Mandoblang tak terkalahkan. Atau dengan kata lain pemerintah Belanda selalu kalah atau gagal memperdaya Mandoblang.

"Saya tak akan menggunakan pedang atau senapan atau meriam," kata Grunen. "Saya akan mengalahkannya dalam ilmu yang saya kuasai."

Caranya?

Grunen sudah melatih. Ada 20 orang lebih disuruh berdiri dengan punggung dan kedua tumit kaki berdempetan, menempel dinding. Di depannya diberikan keping uang emas.

"Siapa yang dapat mengambil keping itu tanpa menggeser kaki, boleh memiliki keping emas tersebut. Ditambah 100 keping lagi?"

Kalau tak bisa?

"la harus membayar 100 keping emas."

Kalau Mandoblang tak mampu membayar? Saatnya untuk memenjarakan.

Dalam percobaan 20 orang yang mencoba gagal total.

Diulangi dengan 20 yang lain, sama juga hasilnya. Dicoba lagi, sama lagi.

"Pusat gravitasi saat berdiri bergeser ketika tubuh bergerak.

Artinya kaki harus digerakkan. Itu yang dilarang. Bagaimana mungkin Mandoblang bisa mengambil tanpa menggerakkan kaki?"

Mandoblang mendengar tantangan itu, dan seperti mudah diduga: tak menolak. Cencen Geloncen, yang menyertai menjadi heran. "Akung..." begitu Cencen menyebut mesra penuh hormat kepada Mandoblang. "Katanya Grunen itu sangat ahli. Semua pasti sudah diperhitungkan. Tolak saja, Akung."

"Kepandaian tak seharusnya digunakan untuk mencelakakan orang lain. Kepandaian harus digunakan untuk menolong sesama."

"Bagaimana Akung mengalahkan?"

"Dengan membiarkan Grunen merasa menang."

"Bagaimana itu?"

Mandoblang hanya tersenyum.

Ada 10 peserta yang boleh mengikuti. Semua berdiri tegak. Tumit dan punggung merapat ke dinding Keraton. Di depan mereka diletakkan keping uang emas. Penduduk yang menyaksikan jumlahnya melebihi kalau ada pasar malam.

Grunen sendiri menyaksikan langsung.

"Siapa yang dapat mengambil uang tanpa menggerakkan kaki, hadiahnya 100 keping emas. Khusus untuk Mandoblang, kalau tak mampu harus membayar 100 keping emas atau masuk penjara. Ada yang mau mundur?"

Semua menjadi tegang. Baik peserta pertandingan maupun penonton.

"Satu..., dua..., mulai!" Mandoblang ternyata bergerak lebih dahulu. Peserta lain masih berhati-hati berusaha berjongkok.

Mandoblang bergegas, tangannya terjulur ke arah keping uang. Terdengar teriakan para penonton, ketika tubuh Mandoblang terjatuh. Meskipun tangannya bisa memegang uang.

Grunen tertawa keras.

"Akhirnya kamu dikalahkan."

"Sebaliknya. Saya minta 100 keping emas. Saya berhasil mengambil uang emas, tanpa menggerakkan kaki."

"Tapi kamu terjatuh."

"Kan larangannya hanya tak boleh menggerakkan kaki."

Mendengar jawaban Mandoblang, para peserta yang lain meniru Mandoblang. Jatuh, terjerembab, tapi bisa mengambil keping emas saat jatuh. Mandoblang membagikan uang hadiah kepada penduduk. la pulang ke desanya berjalan kaki bersama Cencen.

"llmu gravitasinya benar, tapi Grunen sangat angkuh. Itu tidak baik."

Hanya itu yang dikatakan Mandoblang. Selebihnya Mandoblang menembah lembut di sepanjang jalan perjalanan.

Sumber: Kumpulan Cerpen Anak Rahasia Tarian Suci oleh Arswendo
Atmowiloto dan Daniel Tito, halaman 1 (2004)