Pembahasan kali ini adalah tentang pemberontakan RMS, peristiwa RMS, pemberontakan republik maluku selatan, gerakan RMS, bendera RMS dan tokoh pemberontakan republik maluku selatan.
Pemberontakan RMS merupakan salah satu tragedi Politik dan Ideologis Nasional pada masa Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pupella dari Perhimpunan Indonesia Maluku (PIM) mengajukan mosi tidak percaya pada parlemen NIT tanggal 20 April 1950. Lima hari kemudian mosi itu diterima sehingga kabinet NIT meletakkan jabatan.
Perdana menteri berikutnya adalah Ir. Putuhena yang pro-Republik Indonesia, memprogramkan pembubaran NIT dan meleburkan wilayahnya ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Hal inilah yang memicu kekecewaan Soumokil. Setelah berhasil menghimpun pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau yang terlibat peristiwa Andi Azis, Soumokil mengadakan serangkaian rapat dan teror.
Kepala Daerah Maluku Selatan J. Manuhutu dipaksa untuk menghadiri rapat-rapat gelapnya, sementara ketua Persatuan Pemuda Indonesia Maluku ia bunuh. Suasana semakin tegang setelah dua ribu orang anggota KNIL datang untuk dikembalikan ke masyarakat.
Setelah serangkaian upaya damai menemui jalan buntu, akhirnya dikirimlah ekspedisi militer dengan nama Gerakan Operasi Militer (GOM) III pada tanggal 14 Juli 1950 dipimpin Kolonel Kawilarang (Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur).
Dalam operasinya, pasukan dibagi atas tiga grup. Grup I dipimpin Mayor Achmad Wiranatakusuma, Grup II dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi, dan Grup III dipimpin Mayor Surjo Subandrio.
Dengan cepat, APRIS menduduki Pulau Buru, Seram, Ambon, dan lain-lain. Saat Grup II menyerang Waitatiri, tanggal 3 November 1950 Grup I berusaha merebut Benteng Nieuw Victoria. Pertempuran berlangsung dramatis seorang lawan seorang.
Selanjutnya, datanglah Grup II dipimpin Letkol Slamet Riyadi. Pertempuran sengit pecah di depan benteng dan Letkol Slamet Riyadi tewas tertembak. Ambon berhasil direbut dan RMS dapat dilumpuhkan.
Pemberontakan RMS merupakan salah satu tragedi Politik dan Ideologis Nasional pada masa Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pemberontakan RMS
Pada tanggal 25 April 1950 Dr. Christian Robert Steven Soumokil (Jaksa Agung NIT) memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS). Latar belakang peristiwa ini adalah krisis yang melanda NIT.Pupella dari Perhimpunan Indonesia Maluku (PIM) mengajukan mosi tidak percaya pada parlemen NIT tanggal 20 April 1950. Lima hari kemudian mosi itu diterima sehingga kabinet NIT meletakkan jabatan.
Perdana menteri berikutnya adalah Ir. Putuhena yang pro-Republik Indonesia, memprogramkan pembubaran NIT dan meleburkan wilayahnya ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
Lambang RMS |
Hal inilah yang memicu kekecewaan Soumokil. Setelah berhasil menghimpun pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau yang terlibat peristiwa Andi Azis, Soumokil mengadakan serangkaian rapat dan teror.
Kepala Daerah Maluku Selatan J. Manuhutu dipaksa untuk menghadiri rapat-rapat gelapnya, sementara ketua Persatuan Pemuda Indonesia Maluku ia bunuh. Suasana semakin tegang setelah dua ribu orang anggota KNIL datang untuk dikembalikan ke masyarakat.
Setelah serangkaian upaya damai menemui jalan buntu, akhirnya dikirimlah ekspedisi militer dengan nama Gerakan Operasi Militer (GOM) III pada tanggal 14 Juli 1950 dipimpin Kolonel Kawilarang (Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur).
Dalam operasinya, pasukan dibagi atas tiga grup. Grup I dipimpin Mayor Achmad Wiranatakusuma, Grup II dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi, dan Grup III dipimpin Mayor Surjo Subandrio.
Dengan cepat, APRIS menduduki Pulau Buru, Seram, Ambon, dan lain-lain. Saat Grup II menyerang Waitatiri, tanggal 3 November 1950 Grup I berusaha merebut Benteng Nieuw Victoria. Pertempuran berlangsung dramatis seorang lawan seorang.
Selanjutnya, datanglah Grup II dipimpin Letkol Slamet Riyadi. Pertempuran sengit pecah di depan benteng dan Letkol Slamet Riyadi tewas tertembak. Ambon berhasil direbut dan RMS dapat dilumpuhkan.