Pengertian Zat Aditif dan Macam-macam Jenis Contoh Zat Aditif (Bahan Tambahan) Pada Makanan

Berikut ini adalah pembahasan tentang zat aditif yang meliputi pengertian zat aditif, macam macam zat aditif dalam makanan, contoh zat aditif, jenis jenis zat aditif, macam macam zat aditif, macam macam zat aditif pada makanan, makalah zat aditif pada makanan, bahan tambahan makanan.

Pengertian Zat Aditif

Kita makan untuk hidup. Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh kita berupa: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.

Selain zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi. Zat-zat ini disebut zat tambahan pada makanan.
Zat Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.
Zat tambahan tersebut ada yang sengaja ditambahkan dan ada yang tidak sengaja ditambahkan pada makanan. Sengaja dicampurkan dengan makanan, dengan maksud agar makanan tersebut tampak menarik, lebih sedap bau dan rasanya, dan lebih awet.

Sedangkan zat yang tidak sengaja ditambahkan pada makanan, misalnya obat hama yang mungkin masih ada pada sayur-sayuran, dan obat hormon pada daging ayam.

Macam-macam Jenis Contoh Zat Aditif

Zat-zat tambahan tersebut berbahaya bagi manusia bila termakan, maka disebut zat pencemar.

a. Zat Pewarna Makanan

Zat ini ditambahkan pada makanan untuk membuatnya lebih menarik sehingga menambah nafsu makan. Penggunaan zat warna yang tidak sesuai dapat memberi efek yang sebaliknya. Umumnya kita menggunakan dua macam zat warna untuk makanan:
  1. Zat warna nabati, misalnya warna hijau dari daun suji, dan warna kuning atau jingga dari kunir (curcuma).
  2. Zat warna sintetik.
Beberapa contoh bahan pewarna buatan
Tabel: Beberapa contoh bahan pewarna buatan


b. Zat Penyedap Makanan

Di antara semua zat tambahan pada makanan, zat penyedap merupakan zat yang paling banyak digunakan. Sebagian besar zat penyedap merupakan zat sintetik.

Suatu jenis zat penyedap yang banyak digunakan pada minuman sirup dan kue ialah ester-ester (essence) yang memberi aroma buah-buahan.
Ester-Ester yang memberi aroma buah-buahan
Tabel: Ester-Ester yang memberi aroma buah-buahan

Mononatrium glutamat (MSG) ialah suatu asam amino karboksilat yang diperlukan tubuh kita untuk membentuk protein. Zat ini diperdagangkan dengan berbagai merek.

Walaupun demikian penggunaan zat ini sebagai penyedap makanan tidak boleh berlebihan. Penggunaan zat ini secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.

Di Amerika disinyalir zat penyedap ini sudah menimbulkan penyakit ”Chinese Restaurant Syndrome”. Gejala penyakit ini ialah sakit kepala, sesak nafas, badan letih, dan sakit dada seperi kena serangan penyakit jantung.

Dalam minuman sering kali digunakan zat pemanis sintetik yang sifatnya jauh lebih manis daripada gula pasir, misalnya sakarin, dulsin, dan siklamat. Di beberapa negara zat ini sudah dilarang dipakai lagi karena dapat menimbulkan penyakit kanker pada hewan percobaan.
Zat pemanis pada makanan
Tabel: Zat pemanis pada makanan

c. Zat Pengawet Makanan

Penggunaan gula dan garam sebagai pengawet sudah diketahui banyak orang. Untuk makanan dalam kaleng umumnya digunakan zat pengawet lain, misalnya natrium-benzoat, nipogin, sendawa, dan asam sitrat. Ada kalanya digunakan juga antibiotik.

Minyak dan lemak jika tidak disimpan dengan baik, lama-kelamaan menjadi tengik atau berbau tak sedap. Peristiwa ini terjadi karena asam lemak yang tidak jenuh dalam bahan ini teroksidasi.

Udara, cahaya, dan kerja bakteri adalah penyebabnya. Untuk mencegah proses ini pada minyak atau lemak ditambahkan zat pengawet yang tergolong ”antioksidan”, Contohnya:
  1. Butil Hidroksi Anisol (BHA)
  2. Butil Hidroksi Toluena (BHT)

Biasanya antioksidan digunakan bersama dengan asam sitrat atau asam askorbat (vitamin C) yang fungsinya untuk memperkuat kerja antioksidan itu.

d. Bahan Pemutih Makanan

Bahan pemutih pada kain atau sering disebut ”pengelantung” dapat menggunakan beberapa macam senyawa, di antaranya adalah sebagai berikut.
  1. Ca (OCl)2 : kaporit atau kalsium hipoklorit.
  2. NaOCl : natrium hipoklorit klorida atau dikenal dengan nama ”kloroks”.
  3. CaOCl2 : kalsium hipoklorit klorida atau dikenal dengan nama ”kapur klor”.
  4. H2O2 : hidrogen peroksida, dengan daya oksidasi yang sangat besar sehingga penggunaannya harus hati-hati dengan kadar yang benar-benar aman.

e. Pembasmi serangga

Semua insektisida adalah racun, maka dapat digunakan untuk membunuh serangga, sehingga pada saat kita menggunakannya di rumah tentu saja harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
  1. Gunakan seperlunya saja, jangan berlebihlebihan.
  2. Jangan menyemprot ruangan jika di dalamnya terdapat makanan.
  3. Usahakan menyemprot ruangan dalam keadaan kosong tidak ada orang.
  4. Cuci tangan dengan sabun sesudah menyemprot ruangan.

Selain penggunaan di dalam rumah tangga, insektisida juga banyak digunakan di lahan pertanian. Hal ini juga menimbulkan dampak negatif antara lain sebagai berikut.
  1. Pemakaian insektisida yang berlebihan akan dapat larut dalam air dan akan meracuni hewan air.
  2. Insektisida dapat juga mencemari buah, bijih, atau daun yang berada di permukaan tanah.
  3. Jika jenis insektisida yang tidak terurai oleh mikroorganisme seperti organoklor, maka terjadilah peristiwa ”pembesaran biologis.”

Racun akan bersarang pada hewan kecil, tetapi tidak menimbulkan kematian dan tidak terurai. Hewan ini akan dimakan oleh hewan yang lebih besar, begitu seterusnya sehingga racun akan terakumulasi menjadi besar dan berbahaya.

Contoh: organoklor masuk perairan, masuk ke plankton, kemudian plankton-plankton dimakan ika maka dalam tubuh ikan akan terakumulasi menjadi lebih besar. Jika ikn-ikan akan dimakan manusia maka dalam tubuh manusia terakumulasi menjadi lebih besar lagi.

f. Pembersih

Terdiri dari sabun, detergen, pasta gigi, sampho, pembersih keramik dan lain-lain.

Baca juga: Bahan Kimia Alami Makanan