Perlawanan Terhadap VOC, Dan Perlawanan Sultan Agung, Sultan Hasanudin, dan Patimura Terhadap VOC

Berikut adalah pembahasan tentang: Perlawanan Terhadap VOC, perlawanan rakyat maluku terhadap voc, perlawanan rakyat banten terhadap voc, perlawanan banten terhadap voc, perlawanan rakyat terhadap voc, perlawanan maluku terhadap voc, perlawanan makasar terhadap voc, perlawanan sultan hasanudin, perlawanan rakyat makasar terhadap voc, perlawanan Sultan Agung terhadap VOC, Sultan Hasanudin, perlawanan sultan hasanudin terhadap voc.

Perlawanan Terhadap VOC

Dengan kegagalan-kegagalan tersebut, bangsa Portugis tetap berkuasa di wilayah Nusantara sebelum bangsa ini akhimya kalah bersaing dengan para pedagang Belanda yang telah mendirikan VOC tahun 1602. Perlawanan terhadap bangsa penjajah juga dilakukan terhadap bangsa Belanda.

Setelah Belanda mendirikan VOC dan menjadikan Jayakarta (kemudian diganti nama menjadi Batavia) sebagai pusat operasional VOC, timbul reaksi dari kerajaan-kerajaan yang merasa dirugikan akibat didirikannya VOC itu. Salah satu kerajaan yang merasa terancam, yaitu Mataram  di bawah Sultan Agung.

Perlawanan Sultan Agung Terhadap VOC

Bagi Sultan Agung, VOC yang berambisi menguasai Jawa dianggap sebagai saingan bagi Kerajaan Mataram. Oleh karena itu, Sultan Agung berusaha melakukan penyerangan terhadap pusat VOC itu.

Akan tetapi, lemahnya peralatan militer, kurangnya dukungan logistik, serta tidak adanya dukungan dari kerajaan-kerajaan lain, maka serangan ke Batavia ( Jayakarta) mengalami kegagalan. Upaya penyerangan ini dilakukannya sebanyak dua kali, yaitu tahun 1628 dan 1629. Dengan gagalnya serangan tersebut, VOC tetap memiliki kedudukan kuat dalam melakukan perdagangan di kawasan Nusantara.

Sebaliknya, dengan kuatnya kedudukan tersebut serta terjadinya persaingan di antara kerajaan-kerajaan di Nusantara, VOC dengan leluasa dapat memperluas wilayah kekuasaannya. Misalnya, ketika terjadi konflik internal pada Kesultanan Banten yang menyebabkan Banten jatuh ke tangan VOC. Ketika Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat anaknya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda segera ikut campur dalam urusan Banten dengan cara mendekati Sultan Haji.

Sultan Ageng yang sangat anti terhadap VOC dan tidak suka dengan kedudukan VOC di Jayakarta segera menarik kembali tahta untuk anaknya. Tentu saja tindakan tersebut tidak disukai oleh Sultan

Haji sehingga dia minta bantuan ke VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya. Berkat kerja sama dengan VOC, Sultan Haji akhirnya memperoleh tahta kembali. Sebagai imbalannya, diserahkan sebagian wilayah Banten kepada VOC.

Persaingan dalam tubuh kerajaan tersebut sangat tidak menguntungkan bagi upaya untuk mengusir menjajah dari Indonesia. Sebaliknya, dengan adanya konflik dalam tubuh kerajaan, penjajah dengan leluasa dapat memperluas wilayah kekuasaannya. Walaupun begitu, Sultan Ageng Tirtayasa harus dihargai dalam sejarah Indonesia sebagai sultan yang berani menentang VOC.

Baca Juga: Sistem Tanam Paksa Dan Faktor Kemunduran VOC


Perlawanan Rakyat Sulawesi Terhadap VOC

Di Pulau Sulawesi, perlawanan rakyat untuk mengusir VOC dilakukan di Kerajaan Makassar. Kerajaan yang memusatkan kegiatan ekonominya pada sektor perdagangan sangat terganggu dengan kehadiran organisasi dagang Belanda, VOC. Banyak pedagang Makassar yang mengalami kemunduran karena kehadiran VOC. Oleh karena itu, rakyat Makassar berusaha mengusir VOC dari daerah mereka.
Perlawanan rakyat Makassar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Makassar bernama Sultan Hasanuddin.
Walaupun melakukan perlawanan dengan gigih, Hasanuddin tidak berhasil mengusir VOC dari wilayah Makassar. Penyebabnya, kelihaian VOC memanfaatkan konflik dan persaingan antara Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Makassar dan Raja Bone bernama Aru Palaka.

Raja Aru Palaka selalu didekati oleh VOC untuk menghadapi pasukan Sultan Hasanuddin. Melalui pertempuran bertahun-tahun, baik di darat maupun di laut, akhimya pasukan Kerajaan Makassar dapat dikalahkan pasukan VOC. Pasukan Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman dapat memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667.

Perlawan Rakyat Maluku Terhadap VOC

Perlawanan lain terhadap pemerintah kolonial terjadi di Maluku. Perlawanan ini berlangsung lama, dipimpin Sultan Nuku (1780-1805) serta Pattimura (1817). Sultan Nuku merupakan raja dari Kesultanan Tidore. Penyebabnya, Nuku tidak suka dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan-kerajaan di Maluku serta memaksa kerajaankerajaan untuk bekerja sama dengan Belanda. Sultan Nuku memiliki sikap tegas untuk menolak kehadiran pemerintah kolonial di Maluku.