Silsilah Pelajaran Nahwu 01 : Pengertian Ilmu Nahwu

Nahwu merupakan salah satu cabang ilmu terpenting dari 12 cabang ilmu bahasa Arab

Tapi sebelum sobat beranjak mempelajari nahwu, alangkah baiknya jika sobat berkenalan terlebih dahulu dengan ilmu yang satu ini. Karena sebagaimana pepatah nenek moyang kita katakan " Tak kenal maka tak sayang ". Sehingga harapannya setelah sobat pembaca mengetahui sekilas tentang nahwu, sobat bisa lebih cinta dan menghayati setiap pelajaran yang akan Arabiyana sajikan dalam runtutan sisilah  dengan tema " Silsilah Nahwu Untuk Pemula" yang merupakan penjelasan ringan dari kitab nahwu lawas yang sangat populer " Al A_Jurumiyah".


Pengertian Ilmu Nahwu

Meniru kebiasaan para ulama dalam memberikan pengertian terhadap suatu ilmu, Arabiyana akan mencoba memperkenalkan nahwu melalui 10 item berikut:

Definisi : Merupakan cabang ilmu bahasa Arab yang memuat kumpulan kaidah-kaidah yang membahas keadaan akhir suatu kalimat i'rob maupun bina'.

Topik : Membahas kalimat-kalimat bahasa Arab

Kegunaan : Meminimalisir terjadinya lahn ( keslahan ) dalam pengunaan bahasa Arab dan sebagai Ilmu alat untuk membantu memahami Al Qur'an dan As Sunnah.

Keutamaannya : Nahwu memiliki keutamaan yang tinggi sesuai dengan kegunaannya yaitu sebagai alat bantu memahami Al Qur'an dan As Sunnah

Latar Masalah : Mengenai kaidah-kaidah bahasa Arab.

Pencetus : Sebagaimana masyhur di kalangan para ulama bahwa ilmu Nahwu pertama kali dikarang oleh Abul Aswad Ad Dhuali atas perinta Amirul Mu'minin Ali Radiyallohu Anhu.

Keterkaitannya dengan ilmu lain : Ilmu Nahwu berperan sebagai penjelas ilmu lain.

Nama : Dikenal dengan ilmu nahwu atau I'rab

Hukum / Tinjauan Syariat : Secara umum belajar nahwu hukumnya fardu khifayah bagi kaum muslimin. Tapi untuk sebagian orang seperti ahli tafsir, belajar ilmu nahwu merupakan fardhu ain.

Sejarah Dicetuskannya Ilmu Nahwu

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pencetus ilmu nahwu adalah Abu Aswad Ad Dhu'ali atas perintah Amirul Mu'miin Ali Radiyallohu Anhu. Dan itu semua konon didasari atas pengalaman pribadi Abul Aswad Ad Duali bersama putrinya.

Pada suatu malam Abul Aswad Ad dua'li dan putri tercinta duduk-duduk di luar rumah. Ketika itu langit nampak begitu indah bertabur bintang-bintang yang berkerlip bergantian. Sungguh suasana yang amat elok untuk dipandang.
Melihat keindahan yang begitu menakjubkan, putri Abul Aswad pun lantas bertutur kepada sang ayah :
Putri : Yaa Abati..Maa Ahsanus Sama'u
           ( ia bermaksud mengatakan " Duhai Ayah, betapa indahnya langit ini !!!)

Abu  :  Nujumuha ..
            Binta-bintangnya .

Putri : Bukan, bukan maksudku untuk bertanya, tapi aku ingin mengungkapkan rasa kagumku pada  keindahan langit.

Abu  : Wahai putriku, jika yang engkau kehendaki adalah seperti itu, seharusnya engkau mengatakan:
           "Maa Ahsanas Sama'a !" bukan "Ma Ahsanus Sama'i ? "

Bermula dari sinilah Abul Aswal lantas mendatangi Ali Rodiyallohu Anhu untuk mengadukan keadaan bahasa Arab yang mulai memprihatinkan. Dan sang Amirpun merespon baik hal ini lalu memerintahkan Abul Aswad untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab.